Definisi Riset
Beberapa referensi mengenai definisi riset adalah sebagai berikut :
Keputusan SA-ITB no.032/sk/k01-SA/2002
Penelitian (Riset) adalah kegiatan eksplorasi untuk menggali ilmu dan pengetahuan baru yang dilakukan menurut kaidah dan metodologi yang absah untuk memperoleh informasi, teori, model melalui eksperimen, ekspedisi, proses penemuan (discovery & invention)
Hopkins WG (2002)
Research is all about addressing an issue or asking and answering a question or solving problem.
Riset adalah mengirimkan sebuah isu atau pertanyaan serta menjawab sebuah pertanyaan atau memecahkan masalah.
Hopkins didalam definisi diatas memberikan key word mengenai apa yang dimaksud dengan Riset atau penelitian. Ada dua kunci penting dalam sebuah riset yaitu memunculkan sebuah pertanyaan (addressing issue) dan bagaimana menjawab dan memecahkan masalah tersebut (solving problem).
Burns (1994)
Research is a systematic investigation to find answers to a problem.
Riset adalah investigasi sistematik untuk menemukan jawaban dari sebuah permasalahan.
Burn mendefinisikan riset secara lebih sederhana, namun sangat mudah dipahami. Intinya adalah bagaimana menjawab sebuah pertanyaan atau permasalahan yang ada dengan langkah-langkah yang sistematik.
Kerlinger (1986)
Scientific research is a systematic, controlled empirical and critical investigation of propositions about the presumed relationship about various phenomena.
Riset ilmiah adalah sistematik, terkontontrol secara empiris dan investigasi kritis terhadap dalil mengenai dugaan hubungan antar berbagai fenomena.
Kerlinger memberikan penekanan lebih, dalam definisinya diatas, yaitu harus ada faktor investigasi kritis. Ini artinya seorang peneliti tidak harus yakin 100% terhadap investigasi yang telah dilakukan untuk menjawab permasalahan, namun juga harus memberikan sedikit kritik atau keraguan terhadap hasil investigasinya, dengan harapan nantinya peneliti akan mencari sumber-sumber lain sebagai bahan komparasi yang mendukung hasil investigasinya atau dengan kata lain harus menggunakan sumber eksternal agar penelitiannya semakin valid dan mampu menjawab permasalahan secara menyeluruh (holistic).
Kesimpulannya secara umum suatu riset dilakukan untuk menjawab pertanyaan , dengan memberlakukan kriteria sebagai berikut :
1. Dilakukan dengan sebuah kerangka kerja
Kerangka kerja berkaitan dengan disiplin akademik dari pelaku riset dapat dinyatakan dalam dua kategori paradigma – positivism dan naturalism. Setiap bidang ilmu memiliki kerangka acuan sendiri dalam melakukan kegiatan riset. Kerangka kerja dan panduan tahapan itu akan menyediakan para periset, apa yang akan melibatkan periset dalam risetnya, dari bagaimana riset itu dilaksanakan, dan tipe macam apa gangguan yang akan mempengaruhi data yang dikumpulkan.
2. Menggunakan prosedur, metoda dan tehnik yang telah teruji dalam hal validitas dan reabilitas
Konsep validitas dapat di aplikasikan pada setiap aspek dari proses penelitian. Hal tersebut untuk meyakinkan bahwa di dalam riset prosedur yang benar (correct) telah digunakan untuk menjawab suatu pertanyaan sebagai titik tolak riset yang dilakukan.
Reliability merujuk pada kualitas dari prosedur pengukuran atau pengambilan data.
Unbiased dan objective memberikan pengertian bahwa setiap langkah yang diambil serta setiap konklusi yang diambil / ditarik mencerminkan kemampuan terbaik dari periset tanpa mengikutsertakan tujuan pribadi / golongan (vested interest) dari peneliti.
3. Dirancang agar tidak kabur (bias) dan objektif
Sedangkan subjectivity adalah bagian integral dari cara berfikir peneliti, yang terkondisi oleh latar belakang pendidikannya, disiplin ilmunya, filosofinya, pengalaman serta ketrampilannya, jadi diperlukan keterkaitannya dengan disiplin ilmu periset terhadap masalah apa yang diriset.
Bias dapat dinyatakan usaha untuk mempertimbangkan secara hati-hati baik dalam hal memberikan penekanan (highlight) maupun tidak menonjolkan / menyembunyikan (conceal) sesuatu. Misal dari suatu potongan informasi, maka cara pandang seorang psikolog akan lain tentunya dengan cara pandang sejarawan dsb.
Jadi, bila suatu kegiatan/proses untuk mencari jawaban pertanyaan memenuhi keempat kriterian tersebut diatas, maka proses tersebut dapat dinyatakan sebagai riset (research).
Namun demikian, ada variasi terhadap satu disiplin keilmuan terhadap disiplin ilmu lainnya dan dengan demikian pengertian riset adalah berbeda antara disiplin ilmu physical dan social science. Pada physical science, suatu usaha riset diharapkan setiap langkahnya dapat secara ketat dikontrol , sementara untuk ilmu sosial, kontrol yang kaku tidak mungkin dapat dipaksakan dan kadang malah tidak diperlukan dan terdapat subjektivitas.
Permasalahan sebagai inti riset
Pada dasarnya riset dapat dikatagorikan menjadi dua jenis: basic research/penelitian dasar mengembangkan suatu teori atau konsep dalam bidang tertentu dan applied research/penelitian terapan berkaitan dengan suatu penerapan teori untuk mendapatkan perbandingan, hasil kinerja atau menghasilkan suatu produk yang membantu manusia.
Dalam kedua jenis riset tersebut, adalah penting untuk menentukan permasalahan yang akan dibahas dan diselesaikan. Permasalahan tersebut biasanya berupa pertanyaaan yang jawabannya memberikan hal baru yang berbeda dan permasalahan tersebut mengembangkan pengetahuan tentang sesuatu misalnya cara berpikir yang baru tentang sesuatu, kemungkin baru dalam penerapan atau membuka jalan bagi penelitian selanjutnya. Permasalahan untuk riset haruslah mengandung interpretasi data yang merupakan hasil pemikiran si peneliti dalam mencari jawaban dari permasalahan dalam penelitiannya.
Permasalahan adalah pangkal (titik tolak) penelitian, tidak akan ada riset kalau tidak ada masalah. Permasalahan adala segala sesuatu yang dihadapi atau dirasakan oleh seseorang yang menimbulkan kebutuhan untuk dibahas dan dicari jawabanya. Sumber permasalahan adalah sesuatu yang objektif, akan tetapi permasalahan selalu bersifat subjektif. Kejadian yang sama dapat menimbulkan persoalan yang berbeda dalam diri pengamat yang berbeda.
Bagan alir dibawah menggambarkan proses pembentukan, pengenalan dan penyelesaian persoalan. Proses bersifat mundur, berarti kalai perlu tiap langkah dijalani berulang sampai diperoleh cara pemecahan yang dapt diterima (notohadiprawiro 2006).
Ruang Lingkup Riset
Ruang lingkup sebuah riset secara umum dapat dibagi dalam tiga garis besar, sesuai dengan perpektifnya, yaitu :
- Aplikasi dari riset
- Objektif dari riset
- Informasi yang dicari
1. Aplikasi dari riset
Sesuai dengan perspektif dari aplikasi riset yang dilakukan, ada dua pembagian yaitu Riset murni (pure research) dan riset terapan (applied research). Sesuai dengan Bailey (1978) ; “Pure research involves developing and testing theories and hypotheses that are intellectually challenging to the researcher but may or may not have practical application at the present time or in the future. Thus such work often involves the testing of hypothesis containing very abstract and specialized concept”.
Riset murni juga meliputi pengembangan, pengujian, verifikasi dan memperjelas metode riset, prosedur, teknik dan alat yang membentuk metodologi riset itu sendiri.
Contoh jenis riset murni
- Pengembangan suatu teknik sampling yang dapat diaplikasikan pada suatu situasi yang khusus
- Pengembangan suatu instrument untuk mengukur tingkat ketegangan pada orang
Riset terapan adalah riset yang teknik, prosedur dan metodenya diaplikasikan pada pengumpulan informasi tentang berbagai aspek suatu situasi, isu, permasalahan atau penomena sehingga informasi yang terkumpul dapat di gunakan atau diaplikasikan.
Hampir semua riset dibidang ilmu sosial adalah riset terapan, karena dari pemahaman tentang penomena yang dihasilkan dari melakukan riset , dapat diterapkan pada formulasi kebijakan (policy) dan administrasi misalnya.
Tren penelitian terapan saat ini yang sering dilakukan adalah riset mengenai pola elektebilitas masyarakat saat pemilu parpol dan presiden.
2. Objektif dari riset
Sesuai dengan perspektif objektif dari riset, maka dapat dibedakan empat kategori riset , yaitu ; riset Descriptive , Exploratory, Corelational dan Explanatory.
Riset Descriptive adalah studi yang berusaha untuk menjelaskan secara sistematis suatu situasi, permasalahan, fenomena, pelayanan atau program, atau memberikan informasi tentang kondisi kehidupan suatu komunitas, atau menjelaskan sikap (attitude) yang diakibatkan oleh suatu isu dsb. Misal studi tentang ; “Bagaimana Perilaku Masyarakat petani Setelah muncuknya industri pertambangan dilokasi desa mereka”, atau Usaha untuk menjelaskan berbagai jenis fungsi alat – alat survey pemetaan, dsb.
Riset Explanatory adalah riset yang berusaha untuk menjelaskan mengapa dan bagaimana adanya hubungan antara dua aspek dari suatu situasi atau fenomena. Contoh ; studi untuk menjelaskan mengapa pada topografi yang miring mengakibatkan banyak terjadi longsor.
Riset Correlational adalah studi untuk menemukan atau menetapkan adanya suatu relationship / association / interdependence antara dua atau lebih aspek dari suatu situasi. Misal apakah pengaruh tutupan vegetasi terhadap zat terlarut dalam air sungai.
Riset Exploratory adalah studi yang menyelidiki tentang berbagai kemungkinan dilakukannya suatu studi khusus. Riset ini juga sering disebut feasibility study, atau pilot study , yang biasanya dilakukan bila periset ingin untuk meng explore bidang yang periset tersebut tidak mempunyai atau sedikit mempunyai pengetahuan (knowledge) tentang hal itu. Contohnya adalah studi kelayakan sebuah perusahaan tambang sebelum memulai produksi.
3. Informasi yang dicari
Pada jenis ini, dibedakan riset Qualitative dan riset Quantitative. Kalsifikasi kedua jenis riset tersebut bergantung pada tiga kriteria ;
- Maksud dari studi
- Dengan cara bagaimana variabel diukur
- Dengan cara bagaimana informasi dianalisa
Riset qualitative jika studi khususnya untuk menjelaskan suatu situasi, penomena, permasalahan atau kejadian dimana informasi dibentuk menggunakan variabel diukur dengan skala nominal atau ordinal atau skala pengukuran qualitative, dan jika dengan analisa dilakukan untuk membangun variasi dari situasi, penomena atau permasalahan tanpa meng quantitasikannya (without quantifying it) . Deskripsi tentang situasi yang terobservasi dari kondisi kehidupan komunitas, atau bagaimana opini / pendapat masyarakat terhadap suatu isu misalnya adalah dua contoh dari riset qualitative.
Riset quantitative jika informasi yang diperoleh dari studi tentang fenomena, sitauasi, permasalahan atau isu dibentuk utamanya dalam variabel-variabel quantitative dan jika analisa dimunculkan dalam magnitude dari variasinya.
Statistik adalah salah satu cara untuk meng-kuantitatif-kan magnitude dari asisiasi atau hubungan dan membentuk pengertian untuk mengisolasi efek dari berbagai variabel. Statistik juga berfungsi sebagai suatu tes untuk mengkonfirmasikan atau mengkontradiksikan konklusi yang telah ditarik berdasar pada pengertian yang dipahami dari analisa data.
Perlu ditegaskan disini bahwa janganlah terbelenggu dengan dikotomi quantitative dan qualitative ini dalam melakukan riset. Dalam banyak studi, penggunaan kedua jenis riset ini diperlukan bersama-sama. Memang ada bahwa disiplin ilmu seperti antropologi, sejarah dan sosiologi lebih cenderung ke riset qualitative. Sementara psychologi, epidemilogi, pendidikan, ekonomi , kesehatan dan market lebih cenderung ke riset quantitative. Kedua jenis riset tersebut tentu ada kelemahan dan kekuatannya , ada keuntungan dan ada pula kerugiannya. Misal contoh untuk studi tentang berbagai servis yang ada untuk membantu pemulihan trauma kerusuhan bulan Mei di Jakarta dan keberlanjutan servis tersebut, maka tentang servis adalah aspek qualitative , sementara tentang keberlanjutan adalah lebih baik dinyatakan dengan aspek quantitative karena menyangkut jumlah orang yang masih ingin dengan keberlanjutannya.
KARAKTERISTIK RISET
Dari definisi-definisi tersebut jelaslah bahwa riset adalah suatu proses untuk mengumpulkan, menganalisa dan menginterpretasikan informasi untuk menjawab pertanyaan. Tetapi untuk mengkualitaskannya sebagai riset, proses harus mempunyai karakteristik tertentu , yaitu harus, sejauh mungkin, terkontrol (controlled), pasti dan hati-hati (rigorous), sistematik (systematic), valid dan dapat diverifikasi (valid and verifiable) , empiris (empirical) serta kritis (critical).
Controlled : Dua konsep dari terkontrol memberikan bahwa di dalam mendalami hubungan kasual antara dua variable yang telah di tetapkan dalam riset study haruslah dengan jalan mengurangi efek factor yang lain terhadap hubungan-hubungan kedua variable tersebut. Ini dapat dilakukan , secara umum, pada physical sciences, karena umumnya riset bidang ini dilakukan di laboratorium. Namun demikian pada social sciences hal ini adalah sangat sulit, karena riset dilakukan pada berbagai isu yang berhubungan dengan kehidupan manusia di dalam masyarakat, dimana kontrol adalah tidak mungkin. Karena itu, di dalam ilmu social , factor-faktor external tidaklah dapat di kontrol , kecuali dengan dicoba mengkuantitakan akibat-akibatnya.
Rigorous : Harus jujur bahwa prosedur yang dilakukan untuk mencari jawab pertanyaan adalah relevant, appropriate, dan justified. Tentu saja tingkat rigorous ini akan berbeda pada ilmu social dan ilmu physics.
Systematic : Berarti bahwa prosedur yang diadopsi untuk melakukan investigasi harus mengikuti urutan logical yang tertentu. Langkah-langkah yang dilakukan tidak boleh sebarang meloncat. Beberapa prosedur harus mengikuti prosedur yang lain.
Valid dan verifiable : Konsep ini memberikan bahwa apapun yang dapat disimpulkan pada temuan dari riset, haruslah correct dan dapat diverifikasi oleh periset maupun pihak lain.
Empirical : Berarti setiap konklusi yang ditarik harus berdasar hard evidence yang dibentuk dari informasi yang dikumpulkan dari pengalaman kehidupan nyata atau observasi.
Critical : Pencermatan yang kritis dari prosedur yang digunakan serta metoda yang dipakai adalah krusial terhadap riset yang dilakukan. Proses investigasi harus tdak salah guna / jelas (foolproof ) dan bebas dari kelemahan (drawback). Proses yang diadopsi dan juga prosedur yang dipakai harus mampu untuk bertahan terhadap kritik yang cermat.
Leedy (2005) mengemukakan ada 8 karakteristik riset,yaitu ;
1. Riset berasal dari satu pertanyaan atau masalah: dengan menanyakan pertanyaan kita sedang berupaya untuk stimulasi dimulainya proses penelitian. Sumber pertanyaan dapat berasal dari sekitar kita.
2. Riset membutuhkan tujuan yang jelas : pernyataan tujuan ini menjawab pertanyaan : “ Masalah apa yang akan diselesaikan/dipecahkan?” tujuan adalah pernyataan permasalahan yang akan dipecahkan dalam riset.
3. Riset membutuhkan rencana spesifik: untuk melakukan penelitian rencana kegiatan disusun. Selain menetapkan tujuan dari riset, kita harus menetapkan juga bagaimana mencapai tujuan tersebut. Beberapa hal yang perlu diputuskan misalnya: dimana mendapatkan data? Bagaimana mengumpulkan data tersebut? Apakah data yang ada berelasi dengan permasalahan yang ditetapkan dalam riset?
4. Riset biasanya membagi masalah prinsip menjadi beberapa sub-masalah: untuk mempermudah menjawab permasalahan, biasanya masalah yang prinsip dibagi menjadi beberapa sub masalah.
5. Riset dilakukan berdasarkan masalah, pertanyaan atau hipotesis riset yang spesifik: Hipotesis adalah asumsi atau dugaan yang logis yang memberikan jawaban sementara tentang permasalahan riset berdasarkan penyelidikan awal. Hipotesis mengarahkan kita ke sumber-sumber informasi yang membantu kita untuk menyelesaikan dan menjawab permasalahan riset yang sudah ditetapkan. Hipotesis bisa lebih dari satu. Hipotesis mempunyai kemungkinan didukung atau tidak didukung oleh data. Jika suatu hipotesis tidak didukung oleh data, maka hipotesis itu
6. Riset mengakui asumsi-asumi: Dalam riset, asumsi merupakan hal penting untuk ditetapkan. Asumsi adalah kondisi yang ditetapkan sehingga jangkauan riset jelas batasnya. Asumsi juga bisa merupakan batasan sistem di mana kita melakukan riset.
7. Riset membutuhkan data dan intepretasi data untuk menyelesaikan masalah yang mendasari adanya riset:
Pentingnya data bergantung pada bagaimana peneliti memberi arti dan menarik inti sari dari data-data yang tersedia. Di dalam riset data yang tidak diintepretasikan/diterjemahkan tidak berarti apapun.
- Riset bersifat siklus: siklus dari riset dapat digambarkan seperti pada gambar dibawah ini.
Standart Riset
Setiap bidang ilmu atau oraganisasi memiliki standart riset masing-masing, sesuai dengan filosofi ilmu, kerangka kerja dan nilai-nilai yang ada di dalam organisasi. Sebagai contoh,standar riset dibawah ini adalah contoh standar riset yang dikeluarkan ITB sebagai organisasi, yaitu ;
- Mencangkup antara lain tentang standar kualitas fasilitas, kualitas pelaksana (track record), proses dan hasil riset serta dampak yang ditimbulkan.
- Publikasi adalah keharusan.
- Publikasi dalam jurnal internasional adalah keharusan untuk riset fundamental, sedangkan penerimaan masyarakat adalah keharusan bagi pengembangan teknologi.
- Perumusan standar umum (global) dan khusus yang disepakati oleh semua entiti dari berbagai kepakaran perlu dilakukan.
Publikasi Riset
Tren riset masa sekarang adalah publikasi, publikasi adalah suatu keharusan. Riset yang dihasilkan di rilis kedalam jurnal internasional. Hal ini akan mendatangkan beberapa keuntungan, selain tujuan utamanya adalah memberitahukan kepada masyarakat bahwa sudah ada suatu hasil riset yang mampu menjawab sebagian pertanyaan yang ada didalam masyrakat, namun juga akan mendatangkan dampak turunan seperti ; (1) publikasi akan langsung mengiklankan kompetensi periset, (2) publikasi akan memperluas span of benefit, span of reach dan span of influence dari riset dan perisetnya dan (3) publikasi dapat mendatangkan sponsor atau pemberi dana penelitian.
Sumber :
- Leedy, Paul.D., Jeanne.E. Ormrod. Practical Research: Planning and Design aResearch Edisi 8 [2005]. Ohio : Pearson Merrill Prentice Hall.
Recent Comments